Rabu, 08 Desember 2010

Cerita tentang katak kecil

Pada suatu hari ada segerombol katak-katak kecil,...

... yang menggelar lomba lari
Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi.

Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan
perlombaan dan memberi semangat kepada para peserta...

Perlombaan dimulai...

Secara jujur:

 Tak satupun penonton benar2 percaya bahwa katak2 kecil akan bisa mencapai puncak menara.

Terdengar suara:

"Oh, jalannya terlalu sulitttt!!

Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak."


juga ada yang berkata,

"Tidak ada kesempatan untuk berhasil...Menaranya terlalu tinggi...!! percuma saja!!”

Katak2 kecil mulai berjatuhan. Satu persatu...

... Kecuali mereka yang tetap memiliki semangat menaiki menara perlahan- lahan
semakin tinggi...dan semakin tinggi..

Rabu, 13 Oktober 2010

Kata Sang Juara


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah perlombaan di kota kecil. Perlombaan balap mobil mainan. Suasana siang itu sungguh meriah, ya karena hari ini adalah final. Hanya tersisa 4 peserta sekarang, dan mereka masing-masing memamerkan mobil-mobil mainan yang mereka miliki. Semuanya adalah buatan sendiri, sebab memang itulah peraturannya.
Anak itu bernama keill, mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Di banding semua lawannya, mobil keill lah yang paling tak sempurna, hanya terbuat dari potongan-potongan kayu dan barang bekas. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah memang mobil itu tak begitu menarik dibanding mobil-mobil lainnya, hanya ada potongan kayu sederhana dan lampu kedip diatasnya, sementara mobil-mobil lain nampak menarik dengan segala macam hiasan-hiasan indahnya. Namun, keill tetaplah bangga dengan semua itu. Karena mobil itu adalah buatan tangannya sendiri.
Tibalah saatnyayang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Semua anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalab” kecilnya. Lintasan perlombaan itu berbentuk jalur panjang menurun.

Jumat, 08 Oktober 2010

Gadis kecil dan bunganya

Sebuah mobil hitam sedang melaju cepat di pakubuono street, seorang pria nampak  berada di dalamnya. Ia muda, tampan dan  terlihat gagah. Kemudian handphonenya berbunyi. Ada sms masuk. Ia lalu memelankan  laju mobilnya dan melihat layar handphone. Dari Dea, adiknya yang tinggal di bandung  bersamanya ibunya. “ada apa ya, tumben dea sms” gumamnya dalam hati. Kemudian ia pun membuka sms yang masuk  itu.

“asslam. Wr.wb. mas ini aku Dea, bgaimana kbar mas di sana? Smoga baik2 sllu. Ibu sllu menanyakn mas, ibu kngen ktanya. Kapan mas pulang?? Kami semua kangen. Salam ibu dan Dea”

Ia tertegun sesaat, sesuatu yang nyaris ia lupakan kini di ingatkan lagi. Memang sudah hampir 3 tahun lamanya ia tak pernah pulang ke rumah ibunya. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaanya disini, yang amat begitu menghabiskan waktunya, kadang hanya sempat bertelepon dengan mereka atau sekedar berkirim salam  lewat sms. Memang kiriman nafkah tak pernah ia tinggalkan. Tapi, soal pulang ia tak mampu  rasanya, dengan beban pekerjaannya kini. Namun setelah  membaca sms dea tadi  rasa rindunya kembali muncul lagi, rasanya ia juga ingin pulang menengok keadaan mereka, tapi apa daya...

Selasa, 05 Oktober 2010

Sebuah Perjuangan Tuk Sembuh

Maaf adalah kata yang tepat untuk mengawali hari ini. Setelah cukup lama nggak lagi posting baru karena sesuatu hal yang tak seorang pun bisa menolaknya, hal itu adalah “s.a.k.i.t”
Sudah seminggu lamanya aku terkurung di dalam rumah, tak bisa berbuat apa-apa selain berbaring menahan sakit, berselimut dan memakai segala macam  aksesoris tuk menghangatkan tubuh yang sedang tak karuan. Badan serasa panas namun sekaligus dingin, kepala pusing berat bukan main, selayak tertimpa palu godam besar hingga menyebar ke seluruh syaraf-syaraf di tubuh. Tidak enak memang tapi paling tidak itulah rasa yang seminggu ini aku rasakan.

Bukan cuma itu nampaknya, bentol-bentol merah kecil mengkilat mulai timbul satu-persatu, berawal di tubuh sebelah kanan kemudian menyebar ke bagian tubuh lain, tangan, wajah hingga kepala pun tak ketinggalan. Semakin menyiksa saja sakit ini rasanya, terkurung, tak berdaya, bahkan barang tuk membasuh muka yang sudah tak karuan ini tak bisa apa lagi mandi, wal hasil badan bau and berminyak. Bener nggak enak yang namanya sakit cacar, sakit plus malu jadinya.

Lucu, manis dengan tawanya yang membuat mereka smua menyayangi kita, ya... itulah kita dulu... ketika masa kecil seraya begitu menyenangkan, namun pun terkadang membuat orang tua kita pun susah karena rengek tangis si kecil itu...... dan bahkan kini tak pernah terbayang lagi oleh qta masih begitu erat genggaman kasih sayang itu, hangat... ya hangat, bagai pelindung dikala dinginnya kehidupan ini, semua itu mengigatkan kita semua, membuka mata kita kini, hati dan pikiran ini pun mulai ikut bicara.............

Sudahkah kita membalasnya, walau hanya dengan sekedar kebahagiaan, kebahagiaan yang dulu lebih mereka berikan kepada kita.... hingga kita dapat menapak sendiri di bumi ini.. merasakan sendiri kehidupan ini..... hingga kita pun belajar sendiri tentang arti kehidupan ini sebenarnya..

Mereka pun tak pernah pula meminta apa-apa dari kita, tapi hanya memerlukan kasih sayang kita seperti mereka dulu memberikannya.... ini bukan seperti balasan atas sebuah surat, tapi ini kewajiban yang harus ditunaikan selama nyawa nie masih melekat diraga.

Ribuan langkah telah mereka tapaki demi sebuah suapan gizi untuk kita, lelah.... mereka memang telah lelah.... beriringan dengan cucuran keringat, mereka menghadiahkan sebuah kasih sayang jauh lebih berharga dari sebuah mutiara di 7 samudera sekalipun......

Rabu, 22 September 2010

Obor dan Pelita Jadi Lentera Desa ku

Siang hari, di desa “peteng” matahari menjulang tinggi di langit, tegap dan tegas menyumbangkan sinarnya ke seluruh pelosok-pelosok desa, hamparan sawah-sawah, hingga rumah-rumah reot yang sudah usang dan tua. Seperti biasa siang itu bapak ku dan orang-orang tua lainnya masih sibuk disawah, mencangkul, menggarap, dan membajak. Nampak keringat-keringat mereka sudah seperti hujan-hujan rejeki yang menyuburkan tanah-tanah, kulit-kulit mereka yang kian gosong terpanggang matahari, dan tubuh-tubuh lunglai mereka yang sudah terlihat capek dan lemah.
Hingga, azan zuhur pun menhentikan sejenak pekerjaan mereka, yang kemudian berteduh di gubuk kecil yang hanya terbuat dari bambu dan tumpukan daun-daun kering. Sembari mengistirahatkan otot-otot yang tegang dan lelah. Bapak merebahkan dirinya, menghela nafas panjang dan mengelap banjir keringat di sekujur tubuhnya. Di temani ibu yang sudah siap dengan air putih penyegar dahaga, dan santap siang nan sederhana untuk bapak,
“capek ya pak?” Tanya ibu kepada bapak yang telihat lelah sekali.
“ya udah biasalah bu, capek kayak gini, begitulah nasib orang-orang kayak kita” jawab bapak, sambil masih rebahan
“Ya sudah ini di minum dulu pak biar seger, trus itu makanannya dimakan ya”
“ya bu, o ya jangan lupa itu pelitanya di isi minyak tanah, biar nanti malam anak-anak bisa belajar”, kata bapak
“ya pak tadi uis aku isi”
Kini lapang dahaga telah basah, perut pun telah terisi, tinggal sholat yang harus di tunaikan, kemudian para petani pun pulang ke rumah masing-masing termasuk bapak dan ibu.
***

AKU


Pernah denger kan puisi karya Chairil Anwar, yang berjudul  “AKU” yang kayak gini niee.....
AKU
Kalau sampai waktu ku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
AKU ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa ku bawa
Berlari berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
                                                                                    By        : Chairil Anwar

Itu adalah puisi Chairil anwar, sang pujangga terkenal. Tapi, kalau untuk ku mungkin lebih cocok seperti ini nieee...
AKU
Kalau sampai waktu ku
Ku tahu tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
AKU ini lelaki lajang
Dari kumpulannya terlupakan
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang melajang
Luka dan bisa ku bawa
Berlari berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Jika mereka hidup seribu tahun lagi

Bukan maksud mau jadi seorang plagiat atau tukang jiplak lho... tapi emank itu kayaknya puisi yang cocok untuk menggambarkan kisah hidupku atau keadaan ku saat ini . “(mohon maaf ya mas Cahairil Anwar, Puisinya di pake, tapi tetep koq aku masih cantumin nama mas Chairil Anwar di puisi tersebut)”.
Asal tahu aja puisi ini memang benar adanya untuk menggambarkan diriku yang sedang terlanda gelombang  globalisasi muda-mudi, namun aku tetap saja bertahan entah kenapa. seperti dalam kutipan berikut ini....
........................
Aku ini lelaki lajang
Dari kumpulannya terlupakan
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap saja meradang melajang
..........................
Tak bermaksud hati mau nunjukin identitas single atau kejombloan ku, tapi hanya ingin menampilkan ini lho... diri ku, keadaan ku saat ini, dimana mungkin banyak orang yang berpasangan, ternyata di sisi lain aku pun masih sendiri melajang...
He he he... lucu deh kalau harus ngungkapin rahasia pribadi seperti ini, plus juga malu .. “apa kata orang jadinya??”. Tapi biarlah karena kenyataan nggak harus tertutupi bukan.
Terkadang kesel and gemes juga sih ngeliat muda-mudi itu, walaupun dalam sedikit hati berharap kecil, ya tau lah maksdu ku...
..................
Dan aku lebih tidak perduli
Jika mereka hidup seribu tahun lagi
............................
Entah kenapa semua itu lah jadi kehidupan ku, prinsip yang aku pegang adalah kenyataan saat ini. Meskipun harus sendiri tapi aku terus berusaha jadi yang terbaik agar orang-orang memandang ku, tuk tak lagi menganggap ku jadi jamur parasit yang trus numpang, aku ingin jadi tunas baru yang jadi harapan orang- orang.
Dan terakhir, jangan bilang cengeng atau manja, karena aku telah muak dengan kata-kata itu. Yang ada adalah sekarang, saat ini, bagaimana dirimu.  Penutup, aku punya satu hal menarik untuk kalian

“Jomblo lah sebelum menikah
Dan pacaran lah setelah menikah
Biar sehat hati dan jiwa”