Rabu, 13 Oktober 2010

Kata Sang Juara


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah perlombaan di kota kecil. Perlombaan balap mobil mainan. Suasana siang itu sungguh meriah, ya karena hari ini adalah final. Hanya tersisa 4 peserta sekarang, dan mereka masing-masing memamerkan mobil-mobil mainan yang mereka miliki. Semuanya adalah buatan sendiri, sebab memang itulah peraturannya.
Anak itu bernama keill, mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Di banding semua lawannya, mobil keill lah yang paling tak sempurna, hanya terbuat dari potongan-potongan kayu dan barang bekas. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah memang mobil itu tak begitu menarik dibanding mobil-mobil lainnya, hanya ada potongan kayu sederhana dan lampu kedip diatasnya, sementara mobil-mobil lain nampak menarik dengan segala macam hiasan-hiasan indahnya. Namun, keill tetaplah bangga dengan semua itu. Karena mobil itu adalah buatan tangannya sendiri.
Tibalah saatnyayang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Semua anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalab” kecilnya. Lintasan perlombaan itu berbentuk jalur panjang menurun.

Ketika lomba akan dimulai, keill meminta waktu sebentar. Ia tampak berkomat-kamit, seperti sedang berdoa.  Matanya terpejam dan kepalanya tertunduk. Lalu semenit kemudian ia berkata, “ya, aku siap!”
Dor, tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Semua orang bersorak-sorai , bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “ayo..ayo..cepat...cepat... maju, maju....”. begitu teriak mereka. Ahha dan akhirnya perlombaan pun kan segera usai, semua pembalap kian mendekati garis finish. Bendera finish pun telah dilambaikan. Dan... pemenangnya adalah keill. Tak disangka dialah yang pertama memasuki garis finish. dia sangat senang, begitu pula yang lainnya meskipun tak jadi pemenang. Keill kembali berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. “terima kasih...terima kasih..”
Saat pembagian piala pun tiba, keill maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu di serahkan, ketua panitia bertanya kepada keill, “hai jagoan, kau hebat.. kau pasti berdoa kepada Tuhan agar kau menang, bukan?”. Keill terdiam sejenak, lalu ia berkata, “bukan pak, bukan itu yang aku panjatkan”.
Ia lalu melanjutkan perkataannya, “sepertinya tak adil, untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. Aku hanya bermohon pada Tuhan agar aku tak menangis, jika aku kalah”. Semua hadirin terdiam mendengar itu. Kemudian setelah beberapa saat terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan itu.

Di adaptasi dari berbagai sumber dan pemikiran.

0 komentar: