Rabu, 13 Oktober 2010

Kata Sang Juara


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah perlombaan di kota kecil. Perlombaan balap mobil mainan. Suasana siang itu sungguh meriah, ya karena hari ini adalah final. Hanya tersisa 4 peserta sekarang, dan mereka masing-masing memamerkan mobil-mobil mainan yang mereka miliki. Semuanya adalah buatan sendiri, sebab memang itulah peraturannya.
Anak itu bernama keill, mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Di banding semua lawannya, mobil keill lah yang paling tak sempurna, hanya terbuat dari potongan-potongan kayu dan barang bekas. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah memang mobil itu tak begitu menarik dibanding mobil-mobil lainnya, hanya ada potongan kayu sederhana dan lampu kedip diatasnya, sementara mobil-mobil lain nampak menarik dengan segala macam hiasan-hiasan indahnya. Namun, keill tetaplah bangga dengan semua itu. Karena mobil itu adalah buatan tangannya sendiri.
Tibalah saatnyayang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Semua anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalab” kecilnya. Lintasan perlombaan itu berbentuk jalur panjang menurun.

Jumat, 08 Oktober 2010

Gadis kecil dan bunganya

Sebuah mobil hitam sedang melaju cepat di pakubuono street, seorang pria nampak  berada di dalamnya. Ia muda, tampan dan  terlihat gagah. Kemudian handphonenya berbunyi. Ada sms masuk. Ia lalu memelankan  laju mobilnya dan melihat layar handphone. Dari Dea, adiknya yang tinggal di bandung  bersamanya ibunya. “ada apa ya, tumben dea sms” gumamnya dalam hati. Kemudian ia pun membuka sms yang masuk  itu.

“asslam. Wr.wb. mas ini aku Dea, bgaimana kbar mas di sana? Smoga baik2 sllu. Ibu sllu menanyakn mas, ibu kngen ktanya. Kapan mas pulang?? Kami semua kangen. Salam ibu dan Dea”

Ia tertegun sesaat, sesuatu yang nyaris ia lupakan kini di ingatkan lagi. Memang sudah hampir 3 tahun lamanya ia tak pernah pulang ke rumah ibunya. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaanya disini, yang amat begitu menghabiskan waktunya, kadang hanya sempat bertelepon dengan mereka atau sekedar berkirim salam  lewat sms. Memang kiriman nafkah tak pernah ia tinggalkan. Tapi, soal pulang ia tak mampu  rasanya, dengan beban pekerjaannya kini. Namun setelah  membaca sms dea tadi  rasa rindunya kembali muncul lagi, rasanya ia juga ingin pulang menengok keadaan mereka, tapi apa daya...

Selasa, 05 Oktober 2010

Sebuah Perjuangan Tuk Sembuh

Maaf adalah kata yang tepat untuk mengawali hari ini. Setelah cukup lama nggak lagi posting baru karena sesuatu hal yang tak seorang pun bisa menolaknya, hal itu adalah “s.a.k.i.t”
Sudah seminggu lamanya aku terkurung di dalam rumah, tak bisa berbuat apa-apa selain berbaring menahan sakit, berselimut dan memakai segala macam  aksesoris tuk menghangatkan tubuh yang sedang tak karuan. Badan serasa panas namun sekaligus dingin, kepala pusing berat bukan main, selayak tertimpa palu godam besar hingga menyebar ke seluruh syaraf-syaraf di tubuh. Tidak enak memang tapi paling tidak itulah rasa yang seminggu ini aku rasakan.

Bukan cuma itu nampaknya, bentol-bentol merah kecil mengkilat mulai timbul satu-persatu, berawal di tubuh sebelah kanan kemudian menyebar ke bagian tubuh lain, tangan, wajah hingga kepala pun tak ketinggalan. Semakin menyiksa saja sakit ini rasanya, terkurung, tak berdaya, bahkan barang tuk membasuh muka yang sudah tak karuan ini tak bisa apa lagi mandi, wal hasil badan bau and berminyak. Bener nggak enak yang namanya sakit cacar, sakit plus malu jadinya.

Lucu, manis dengan tawanya yang membuat mereka smua menyayangi kita, ya... itulah kita dulu... ketika masa kecil seraya begitu menyenangkan, namun pun terkadang membuat orang tua kita pun susah karena rengek tangis si kecil itu...... dan bahkan kini tak pernah terbayang lagi oleh qta masih begitu erat genggaman kasih sayang itu, hangat... ya hangat, bagai pelindung dikala dinginnya kehidupan ini, semua itu mengigatkan kita semua, membuka mata kita kini, hati dan pikiran ini pun mulai ikut bicara.............

Sudahkah kita membalasnya, walau hanya dengan sekedar kebahagiaan, kebahagiaan yang dulu lebih mereka berikan kepada kita.... hingga kita dapat menapak sendiri di bumi ini.. merasakan sendiri kehidupan ini..... hingga kita pun belajar sendiri tentang arti kehidupan ini sebenarnya..

Mereka pun tak pernah pula meminta apa-apa dari kita, tapi hanya memerlukan kasih sayang kita seperti mereka dulu memberikannya.... ini bukan seperti balasan atas sebuah surat, tapi ini kewajiban yang harus ditunaikan selama nyawa nie masih melekat diraga.

Ribuan langkah telah mereka tapaki demi sebuah suapan gizi untuk kita, lelah.... mereka memang telah lelah.... beriringan dengan cucuran keringat, mereka menghadiahkan sebuah kasih sayang jauh lebih berharga dari sebuah mutiara di 7 samudera sekalipun......